Sabtu, 18 Desember 2010

Pemilik Mobil di Jakarta Tak Butuh GPS Karena Hafal Jalan ..

Jakarta - Hasil studi Frost and Sullivan menuturkan pasar sistem navigasi mobil di Indonesia masih kecil, namun akan terus berkembang. Jika dibandingkan dengan jumlah mobil, GPS masih jarang dipakai. Tahun 2010 diperkirakan hanya ada 52.900 unit.

Penggunaan perangkat navigasi asli dari pabrikaan (original equipment /OE)  dan yang dipasang di diler masih belum menjadi hal yang umum di Indonesia dan kemungkinan belum akan menjadi sesuatu hal yang populer dalam waktu dekat.

Sistem navigasi yang dipasang menyatu dengan perangkat audio di kendaraan (embedded) kemungkinan besar tidak dapat melakukan penetrasi lebih jauh dii pasar karena harganya yang tinggi.

Bahkan mobil mewah seperti Mercedes-Benz, BMW dan Audi tidak memiliki rencana untuk meluncurkan model yang dilengkapi sistem navigasi mobil menyatu dengan perangkat audio karena sebagian besar para pemilik mobil mewah umumnya memiliki sopir yang sudah hafal jalan-jalan di kota mereka di Indonesia.

"Pasar navigasi mobil di Indonesia saat ini masih sangat kecil namun akan berkembang pesat menjelang tahun 2015 seiring dengan meningkatnya kesadaran dan daya beli masyarakat," ujar Masaki Honda, Konsultan Senior Otomotif & Transportasi, Frost & Sullivan Asia Pasifik dalam siaran pers yang diterima detikOto.

Pasar GPS dalam bahasa sehari-hari, di Indonesia diharapkan tumbuh sebesar 49,5 persen tiap tahunnya hingga 79.100 unit pada tahun 2011 dibandingkan dengan 52.900 unit pada tahun 2010.

Masaki mengatakan bahwa pasar navigasi mobil Indonesia didominasi oleh PND atau perangkat navigasi portabel (Portable Navigation Device). 

Masaki mencatat bahwa Garmin dan Mio merupakan pemain-pemain utama pasar navigasi di Indonesia dengan pangsa pasar sekitar 90 persen. Pemasok perangkat navigasi portabel mengharapkan adanya peningkatan permintaan pasar yang besar di masa depan.

Menurut Frost & Sullivan, khusus untuk pasar navigasi mobil di Indonesia kemungkinan bertumbuh pada laju pertumbuhan tahunan gabungan (Compound Annual Growth Rate)  29,1 persen (2009-2015) hingga mencapai 174.600 unit pada tahun 2015.

Masaki juga menambahkan bahwa perangkat navigasi portabel akan tetap menjadi sistem navigasi mobil yang paling populer dan menguasai lebih dari 95 persen dari total pasar navigasi di empat negara ASEAN karena harganya yang terjangkau dan multi fungsi.

"Fitur baru seperti layar 3 Dimensi dan tampilan persimpangan telah menjadi fitur standar di perangkat navigasi portabel," katanya, sambil menambahkan bahwa perangkat navigasi portabel juga mencakup fitur non-navigasi seperti MP3, pemancar radio FM dan Bluetooth.

"Penyedia perangkat sistem navigasi saat ini sedang gencar-gencarnya mempromosikan sistem navigasi mobil, khususnya perangkat navigasi portabel, melalui media dan pameran, sehingga konsumen menjadi lebih sadar akan kemudahan sistem navigasi dalam mobill," imbuhnya.

Masaki juga mengatakan bahwa saat ini, perangkat navigasi portabel mendominasi pasar di Asia Tenggara karena harganya terjangkau.  Harga perangkat navigasi portabel diperkirakan akan mengalami penurunan dengan adanya penurunan harga suku cadang perangkat navigasi seperti chips, tambahnya.

Ia juga mengatakan bahwa ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) mobil diprediksi akan meningkatkan produksi model kendaraan dengan sistem navigasi yang dipasang menyatu dengan perangkat audio, namun pasarnya akan tetap kecil, terutama karena harganya yang cukup tinggi.

"Dengan sistem navigasi yang dirakit menyatu dengan perangkat audio kendaraan yang menelan biaya 30 sampai 50 kali lebih tinggi dari perangkat navigasii portabel, produsen kendaraan urung menjadikannya sebagai spesifikasi standar, sehingga tingkat penetrasinya hanya 1,8 persen dari  total populasi mobil baru pada tahun 2009," Ungkap Masaki.

Dia menambahkan bahwa perangkat navigasi portabel memiliki lebih banyak keunggulan dibandingkan dengan sistem navigasi yang menyatu dengan perangkaat audio kendaraan embedded system, tidak hanya dari sisi biaya, namun juga dari sisi fungsi dan ketersediaan.

Masaki mencatat bahwa saat ini sistem navigasi masih dianggap sebagai kebutuhan sekunder atau “nice-to-have” oleh konsumen karena mereka merasa tidak membutuhkan sistem navigasi ketika mereka berkendara di  jalan-jalan yang sudah mereka kenali.

Namun, informasi real time seperti kondisi jalan tol, kemacetan lalu lintas, kecelakaan, ketersediaan tempat parkir akan mengubah sistem navigasi menjadi kebutuhaan primer atau "must-have" seiring dengan kebutuhan pengendara untuk menggunakan sistem navigasi bahkan di jalan yang sudah mereka kenali, pungkas Masaki.

sumber : http://oto.detik.com/read/2010/12/17/142651/1527277/648/pemilik-mobil-di-jakarta-tak-butuh-gps-karena-hafal-jalan