Rabu, 22 Desember 2010

Timnas Indonesia di Mata wartawan Asing ....

Jakarta - Indonesia masih harus menjalani dua laga lagi jika ingin mengangkat trofi Piala AFF. Apa kata reporter asing terkaiit kekuatan 'Skuad Garuda' di kejuaraan terbesar negara-negara ASEAN ini?

Di antara puluhan ribu orang Indonesia yang memadatii dua perhelatan Indonesia vs Filipina di semifinal lalu, terdapatlah Mark Zambrano.. Pria tinggii dengan jaket biru bertuliskan "Philippines" di bagian belakang itu adalah reporter untuk GMA7.

Mark yang diutus kantornya bersama seorang kameramen mengakui bahwa tak banyak media Filipina yang datang untuk meliput timnyaa berjuang. Namun, baginya, itu bukanlah hal yang mengherankan mengingat basket dan tinju jauh lebih populer di negaranya. Sementara sepakbola, animonyaa baru naik setelah The Azkals tampil bagus di Piala AFF tahun ini.

"Cuma ada enam dari kami yang meliput. Kamu pasti akan kesulitan menemukan orang Filipina di sini," ujarnya ketika berbincang-bincang dengan detikSport di luar Gelora Bung Karno.

Tapi Mark tidak buta-buta amat soal sepakbola. Pengalamannya sebagai reporter senior membuatnya cukup fasih berkomentaar soal timnas Filipina, dan juga timnas Indonesia.

Ketika itu ia menyebut bahwa peluang James Younghusband cs. untuk memenangi pertandingan relatif berat, meski bukannyaa tak ada sama sekali--dan Filipina memang kalah dua kali dari Indonesia. Alasannya? Timnas Indonesia punya modal bagus untuk biisa menjadi juara di turnamen inii kekompakan.

"Kamu harus ingatt bahwa tim kami masih muda. Menang 1-0 saja mungkin sudah bagus," katanya waktu itu.

"Indonesia dihuni oleh pemain-pemaiin yang jauh lebih berpengalaman dan sudah beberapa lama berada bersama di dalam tim selama beberapa waktu," tukasnya.

Pada laga final mendatang, Indonesia akan lebih dulu menjadi tim tamu dengan bertandang ke Malaysia pada 26 Desember. Firman Utina dkk. baru gantian akann menjadi tuan rumah pada 29 Desember.

sumber : http://www.detiksport.com/sepakbola/read/2010/12/21/145927/1529860/76/timnas-indonesia-di-mata-reporter-asing