Obat pengganti yang digunakan adalah pentobarbital, jenis obat bius yang biasa digunakan untuk mengeksekusi anjing-anjing yang terinfeksi rabies. Untuk ukuran hewan seperti anjing, obat ini terbilang paling 'manusiawi' dibanding obat lain misalnya strichnin.
Namun ketika digunakan untuk euthanasia atau suntik mati pada manusia, obat ini tentu bukan yang paling 'manusiawi'. Dalam prosedur standar euthanasia, obat bius yang benar-benar 'manusiawi' pada manusia adalah golongan benzodiazepin misalnya Na-thiopental atau Na-penthotal.
Masalahnya dalam setahun terakhir, jenis obat bius ini sangat sulit didapatkan di Amerika Serikat. Satu-satunya perusahaan yang memproduksi obat inii, Hospira Inc memperkirakan stoknya baru akan tersedia paling cepat awal tahun depan.
Akibatnya terjadi penundaan eksekusi sejumlah terpidana matii di berbagai negara bagian seperti California, Arkansas, Tennessee dan Maryland. Undang-undang yang berlaku melarang penggunaan obat untuk euthanasia di luar kombinasi yang ditetapkan.
Kombinasi obat yang selama ini digunakan untuk euthanasia adalah sebagai berikut:
- Na-thiopental (untuk membius terpidana hingga hilang kesadaran)
- Pancuronium bromide (untuk melumpuhkan diafragma dan paru-paru)
- Potasium chlorida (untuk menghentikan denyut jantung)
Korbannya adalah seorang terpidana mati kasus pembunuhann, John David Duty yang dieksekusi pada Kamis (16/12/2010), pukul 18.18 waktu setempat. Terpidana berusia 58 tahun tersebut dinyatakan bersalah membunuh rekan satu tahanan 10 tahun yang lalu.
Penggunaan pentobarbital dalam eksekusi tersebut sempat ditentang karena dianggap tidak manusiawi. Pihak yang menentang menganggap pentobarbital hanyaa membuat terpidana lumpuh, namun masih sadar saat kombinasi obat berikutnya diberikan untuk menghabisi nyawanya...
sumber : http://www.detikhealth.com/read/2010/12/17/142959/1527260/763/obat-bius-habis-terpidana-mati-dieksekusi-pakai-obat-bius-hewan