Selasa, 21 Desember 2010

Saham Konsumer Sokong IHSG Naik 25% di 2011

Jakarta - Pertumbuhan industri pasaar modal masih menjanjikan di tahun 2011. Kenaikannya diperkirakan mencapai 20%, meski tidak sebesar apa yang terjadi di tahun 2010, yang diekspektasikan 43%. Saham-saham konsumer menjadi adalan peningkatan indeks tahun depan.

Masih adanya ruang untuk berkembang bagi IHSG terkait rencana beberapa pencatatan saham perdana (Initial Public Offering) dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tercatat pemerintah merencanakan 4 BUMN yang akan listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu PT INTI, PT Semen Baturaja, PT Hutama Karya, dan PT Jasindo. Masing-masing melepas 30% saham kepada publik.

"Saham memang tumbuh 40% secara rata-rata. Ini dilihat dari saham konsumer yang naik 70%, infrastuktur 15%. Juga dari komoditi dan perbankan. Tahun depan still good, masih bisa naik 25%," jelas Direktur Utama PT Danareksa Edgar Saputra, di Hotel Ritz Calton, SCBD, Jakarta, Selasa (21/12/2010).

Namun, pertumbuhan indeks bisa terhambat oleh faktor inflasi. Kekhawatiran banyak pihak, Indonesia menghadapai peningkatan inflasii di tahun 2011. Ini perlu diwaspadai, khusus akibat peningkatan harga pangan.

"Yang harus diwaspadai inflasi dari pangan. BI kan juga menganut target inflasi. Kalau bisa dijaga," tuturnya.

Dengan banyaknya 'barang baru' yang masuk bursa, investor jadi punya banyak pilihan dalam berinvestasi. Terlebih, aliran dana asing dipercaya masih terus datang ke Indonesia.

"Memang ada (potensi) investor asing lari ke luar. Tapi kalau kita lihat kondisi makro Indonesia yang solid, tidak ada alasan asing panik dan keluar dari Indonesia. Kalau ada, mungkin masalahnya di negara sendiri yang memaksa menarik uang. Kalau sudah ditarik buat apa? Mereka akan kembali ke Asia," terangnya.

Sebagai catatan, dalam kurun waktu Januari hingga Oktober 2010, IHSG telah meningkat lebih dari 43%, dari 2.534,36 ke posisi 3.635,32. Kapitalisasi pasar juga meningkat sekitar 53% menjadi Rp 3.083, 4 triliun, dari sebelumnya Rp 2.019,38 triliun.

Krisis di Eropa sedikit banyaak membawa sisi positif pertumbuhan Indeks. Tercatat pada paruh pertama 2010, terjadi krisis Yunani, seiring dengan membengkaknya utang serta pelebaran defisit anggaran yang melebihi batas aman. Hal ini pun meluas ke wilayah Eropa Selatan, seperti Portugal, Italia, Irlandia dan Spayol.

Pelemahan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan Jepang juga sedikit mendorong arus modal asing masuk Indonesia, sebagai salah satu negara yang relatif stabil dengan prospek bisnis positif. Ini tergambar dari tingkat pertumbuhan rata-rata (Capital Average Gross Ratio/CAGR) Indonesia pada 3 tahun terakhir berada di kisaran 38%.

Hingga Oktober 2010, sudah ada 412 emiten yang listing di bursa Indonesia. Angka ini jauh meningkat dibandingkan posisi tahun lalu, 398 emiten, dan tahun 2007, 342 emiten.

Menurut  Direktur Penilaian Perusahaan BEI Eddy Sugito waktu itu, kondisi bursa saham di Indonesia sudah normal dan cenderung menningkat. Sampai saat ini belum ada  indikasi terjadinya bubble (penggelembungan) karena suplai saham di bursaa masih bisa mengimbangi penawaran investor yang sangat besar.

sumber : http://www.detikfinance.com/read/2010/12/21/150602/1529878/6/saham-konsumer-sokong-ihsg-naik-25-di-2011