Jakarta - Tak butuh alasan lain untuk menonton film ini, kecuali bahwa ada nama M Night Shyamalan di posternya. Pasti banyak yang tak setuju dengan pernyataan itu, tapi sejak 'Sixth Sense' kita memang seperti "dikutuk" untuk selalu menunggu karyaa terbaru sutradara berdarah India itu. Kadang kita sedikit kecewa, misalnya pada 'The Village' atau 'The Happening', dan terutama pada 'The Last Airbender' yang berbiaya raksasa itu. Tapi, siapa yang bisa benar-benar kapok menonton karya-karya sineas yang telah melahirkan 'Signs' dan 'Lady in the Water' itu?
'Devil' sebenarnya bukan karya Shyamalan. Mungkin lebih tepat jika dikatakan bahwa film ini adalah proyek Shyamalan. Dia tidak menulis naskahnya maupun menyutradarainya. Di poster ditulis "from the mind of M Night Shyamalan". Jadi, ceritanya ini adalah film pertama dari proyek 'Night Chronicles' yang direncanakan sebagai trilogi, dan diproduseri oleh sutradara 'Unbreakable' itu.
Dikerjakan oleh sutradara John Erick Dowdle berdasarkan naskah yang ditulis oleh Brian Nelson, 'Devil' tampil layaknya film-film Shyamalaan yang dibuka dengan fenomena ganjil. Seorang pekerja di sebuah gedung tinggi bunuh diri dengan melompat dari kantornya. Ketika polisi sedang menyelidiki kasus itu, di gedung yang sama lima orang tengah terjebak dalam lift. Kedua peristiwa itu dihubungkan dengan selembar kertas yang ditinggalkan oleh orang yang bunuh diri tadi. Dia mengaku mendengar langkah iblis mendekat.
Iblis jugalah yang diyakini menjebak sekelompok orang di lift itu. Setidaknya, itulah keyakinan salah satu petugas monitor lift. Dengan unik, film ini berjalan dari sudut pandang petugas pengawas monitor lift itu. Dia seorang relijius yang menuturkan cerita ibunya tentang bagaimana iblis bekerja dalam kehidupan manusia.
Dengan durasi yang relatif pendek, 70 menit saja, film ini menampilkan drama misteri dalam lift yang melibatkan lima orang, yang sedang bertamu di sebuah gedung. Berkali-kali kamera menampilkan gambar yang membuat kita memikirkan kembali lingkungan tempat kita beraktivitas sehari-hari: gedung tinggi berdinding kaca, berlobi luas dengan petugas pencatat setiap orang yang datang, penghuni gedung menunjukkan ID dan tamu harap menuliskan namanya di buku.
Macam-macam orang dataang dan pergi tiap hari, satu lift dengan kita, dengan berbagai urusan yang tak pernah kita bayangkan. Dari fakta orang terjebak dalam lift, film berkembang menjadi drama yang kompleks ketika polisi mulai meneliti siapa orang-orang itu lewat buku tamu, apa keperluannya datang ke gedung itu dan seterusnya. Bersamaan dengan itu, suasana di dalam kotak lift semakin memanas. Lampu berkali-kali mati, dan ketika kembali menyala, satu orang sudah terbunuh.
Orang-orang pun jadi saling curiga, dan terjadilah pertengkaran sengit. Sementara, petugas monitor yang relijius melihat penampakaan muka setan di dalam lift melalui layar komputer, tapi bagaimana meyakinkan itu kepada rekan kerjanya, juga kepada polisi, orang-orang yang rasional itu? Merujuk pada cerita ibunya tentang ibis, dia yakin salah satu dari orang yang terjebak di lift itu adalah iblis. Tapi, siapa? Yang mana?
Fim ini menghibur dan menyenangkaan dengan cara membuat penontonnya berkali terhenyak, menjerit dan menutup muka. Bagi penggemar film-film jenis ini, 'Devil' memberikan sensasi ketegangan yang maksimal. Pesan moralnya, perhatikan oran-orang asing yang setiap pagi berada satu lift denganmu. Ingat, salah satu di antara mereka adalah (jelmaan) iblis. Berdoalah.
sumber : http://movie.detikhot.com/read/2010/12/23/083109/1531233/621/devil-bagaimana-iblis-bekerja-dalam-kehidupan-kita