Kecerobohan dalam operasi pengangkatan tumor di kepala berakibat fatal. Seorang pasien kehilangan sebagian otak yang berfungsi sebagai pusat penglihatan serta daya ingat, karena dokter mengiranya sebagai tumor lalu mengeluarkannya.
Parahnya lagi, setelah kondisi pasien membaik barulah diketahui bahwa tumor tersebut sebenarnya tidak perlu dioperasi. Pemberian obat-obat kemoterapi sudah cukup untuk mengontrol kondisi pasien, karena tumornya tidak terlalu ganas dan belum menyebar.
Meski kondisinya sudah membaik, pasien bernama John Tunney tersebut harus menderita cacat permanen di otaknya. Kemampuan melihatnya rusak sebagian, sedangkan ingatannya juga banyak yang terhapus sehingga mengalami amnesia atau hilang ingatan.
Pria 63 tahun asal Coventry, Inggris Tengah ini menjalani operasi otak tersebut pada tahun 2008 di University Hospital. Meski cacat permanen, kondisinya saat ini memang lebih baik dibandingkan usai dioperasi ketika otaknya mengalami perdarahan parah.
"Kerusakan otak John telah menghancurkan hidupnya. Sebelumnya dia orangnya santai dan sangat aktif. Sangat mengecewakan melihat ia berubah karena kesalahan yang tidak semestinya terjadi," ungkap istri John, Pamela seperti dikutip dari Foxnews, Kamis (25/8/2011).
Bagian otak yang diangkat dalam operasi tersebut sebenarnya tidak terlalu banyak karena baru akan digunakan untuk keperluan biopsi atau pemeriksaan jaringan. Namun bukan jaringan tumor yang terangkat, dokter bedah justru mengambil jaringan sehat dari otak John.
Baru setelah jaringan tumor yang sesungguhnya diambil, dokter menyimpulkan bahwa sebenarnya tumornya tidak perlu diangkat. Tumor yang belum terlalu ganas itu masih bisa dijinakkan dengan obat-obat kemoterapi, sehingga tidak perlu ada operasi pengangkatan.
Melalui pengacaranya, John dan keluarganya berniat mengajukan tuntutan hukum ke pengadilan. Apalagi pihak rumah sakit telah mengakui terjadinya kesalahan prosedur dan sudah meminta maaf.
Parahnya lagi, setelah kondisi pasien membaik barulah diketahui bahwa tumor tersebut sebenarnya tidak perlu dioperasi. Pemberian obat-obat kemoterapi sudah cukup untuk mengontrol kondisi pasien, karena tumornya tidak terlalu ganas dan belum menyebar.
Meski kondisinya sudah membaik, pasien bernama John Tunney tersebut harus menderita cacat permanen di otaknya. Kemampuan melihatnya rusak sebagian, sedangkan ingatannya juga banyak yang terhapus sehingga mengalami amnesia atau hilang ingatan.
Pria 63 tahun asal Coventry, Inggris Tengah ini menjalani operasi otak tersebut pada tahun 2008 di University Hospital. Meski cacat permanen, kondisinya saat ini memang lebih baik dibandingkan usai dioperasi ketika otaknya mengalami perdarahan parah.
"Kerusakan otak John telah menghancurkan hidupnya. Sebelumnya dia orangnya santai dan sangat aktif. Sangat mengecewakan melihat ia berubah karena kesalahan yang tidak semestinya terjadi," ungkap istri John, Pamela seperti dikutip dari Foxnews, Kamis (25/8/2011).
Bagian otak yang diangkat dalam operasi tersebut sebenarnya tidak terlalu banyak karena baru akan digunakan untuk keperluan biopsi atau pemeriksaan jaringan. Namun bukan jaringan tumor yang terangkat, dokter bedah justru mengambil jaringan sehat dari otak John.
Baru setelah jaringan tumor yang sesungguhnya diambil, dokter menyimpulkan bahwa sebenarnya tumornya tidak perlu diangkat. Tumor yang belum terlalu ganas itu masih bisa dijinakkan dengan obat-obat kemoterapi, sehingga tidak perlu ada operasi pengangkatan.
Melalui pengacaranya, John dan keluarganya berniat mengajukan tuntutan hukum ke pengadilan. Apalagi pihak rumah sakit telah mengakui terjadinya kesalahan prosedur dan sudah meminta maaf.