Tampilkan postingan dengan label Bunuh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bunuh. Tampilkan semua postingan

Senin, 02 Mei 2011

Mengapa 'Bangga 'Jadi Pengebom Bunuh Diri?

type='html'>
Headline

Serangan bom bunuh diri menjadi senjata pilihan bagi kelompok teroris karena kemampuannya yang mematikan dan menciptakan kekacauan serta ketakutan. Inilah pilihan janggal ‘manusia terpilih’.

Berdasarkan sumber data serangan bunuh diri milik Flinders University, Australia, bom bunuh diri di Irak, Palestina-Israel, Afganistan, Pakistan dan Sri Lanka menyumbang 90% serangan bunuh diri atau sekitar 14.559 kasus di dunia. Pertanyaan besar, kenapa?

Menurut Profesor Riaz Hassan dari Departemen Sosiologi di Flinder University, Adelaide , Australia , bukti tersebut menunjukkan alasan utama seseorang melakukan pengeboman bunuh diri berdasar kepada kepercayaan yang dianut.

Agama dan kepercayaan memainkan peranan penting dalam merekrut dan memotivasi seseorang. Meskipun begitu, di balik alasan kepercayaan, muncul kekuatan pendorong lain yaitu politik, unsur penghinaan, pembalasan dendam dan altruisme.

Terbaru, kasus bom bunuh diri di Masjid Mapolresta Cirebon , Jawa Barat, membuat puluhan orang terluka termasuk Kaporesta Cirebon AKBP Herukoco. Pelaku adalah seorang pria dan dikabarkan tewas di lokasi kejadian.

Terlepas dari atribut demografi, bahwa mayoritas pembom bunuh diri adalah pria, unsur stabilitas ekonomi, psikologi seseorang, tingkat sosial ekonomi seseorang dan agama menjadi pertimbangan utama.

Contoh kasus lain adalah warga Palestina, Hanadi Jaradal, 29 tahun, yang meledakkan diri pada 4 Oktober 2003 di restoran Maxim, Haifa , Israel dan menewaskan 20 orang. Menurut keterangan keluarganya, Jaradal melakukan misi bunuh diri karena ingin membalas dendam atas pembunuhan kakak dan tunangannya yang dibunuh di Tepi Barat, Palestina, oleh warga Israel yang dianggap merebut tanah Palestina.

Riaz Hassan mengklaim biasanya, pelaku bom bunuh diri memiliki psikologi yang normal dan sangat loyal terhadap jaringan sosial ataupun komunitas mereka. Meskipun banyak pihak mengklaim bahwa pelaku bom bunuh diri cenderung gila, sebenarnya, inilah cara mereka menghalangi masyarakat awam menemukan alasan tindakan bom bunuh diri tersebut.

" Para pelaku bom bunuh diri menjadi agen identitas dari kelompok mereka. Bahkan, mereka didokrin untuk tidak mempedulikan diri sendiri ataupun orang lain,” tulis Vamik D Volkan, profesor psikologi di University of Virginia, Amerika Serikat, dalam jurnal di University of Virginia.

Yang terpenting bagi pelaku, tulis Volkan, adalah memiliki harga diri dan diperhatikan oleh kelompok mereka. David Van Biema dalam tulisannya di Time pada 2001 menyebutkan bahwa 70% warga Palestina di 2001 mendukung praktik bom bunuh diri.”

Hal ini juga diamini Riaz Hassan. Bom bunuh diri memiliki nilai simbolik tinggi karena kemauan pelaku meninggal menunjukkan dedikasi tinggi terhadap kelompok ataupun keyakinan mereka. Kerelaan untuk mati merupakan simbol dari perjuangan, dukungan terhadap kaum tertentu serta unsur ‘pembangkit’ tenaga bagi anggota baru untuk melakukan misi bunuh diri di masa depan.

Menurut Vamik, teknik khas Timur Tengah yang menciptakan pelaku bom bunuh diri mencakup dua langkah dasar. Pertama, mereka memiliki ‘guru’ yang mencari anak muda dengan tingkat kestabilan pribadi rendah. Artinya, anak muda itu memiliki kebutuhan tinggi untuk bergabung di sebuah kelompok tertentu agar merasa ‘diakui’.

Kedua, komplotan pelaku bom bunuh diri ini memiliki metode pengajaran yang memaksa suatu kelompok besar etnis atau kepercayaan untuk bergabung dengan mereka dan bersedia menjadi pelaku bom bunuh diri dengan sukarela.

Manusia, pada dasarnya, memiliki keengganan yang kuat menghadapi ketidakadilan sehingga inilah yang mewujudkan fenomena balas dendam. Salah satu konsekuensi dari balas dendam adalah kemauan seseorang untuk sukarela mengorbankan diri dalam mewujudkan tujuan bersama.

Pertimbangan untuk melakukan balas dendam dapat muncul karena beberapa hal di antaranya meluruskan ketidakadilan, pemulihan nilai dari suatu komunitas berdasarkan sudut pandang individu dan merencanakan masa depan yang lebih baik.

Menurut Riaz Hassan lagi, dalam lingkup individu, berpartisipasi dalam misi bunuh diri bukan soal kematian dan pembunuhan saja tetapi mecakup banyak hal, dalam lingkup pribadi maupun komunal. Mereka berusaha menghapus penghinaan, penderitaan dan ketidakberdayaan suatu komunitas karena desakan kelompok mayoritas. Pengebom bunuh diri itu memandang dirinya sendiri sebagai penebus kehormatan kelompok.

sumber : http://teknologi.inilah.com/read/detail/1427582/mengapa-bangga-jadi-pengebom-bunuh-diri

Continue Reading »

Minggu, 01 Mei 2011

7 Cara Bunuh Diri Paling Populer

type='html'>
Harakiri, Cara bunuh diri khas jepang ini, mungkin adalah cara bunuh diri paling populer. Tapi hal ini tentu tidak berlaku di Indonesia. Orang Indonesia kan tidak ada yang bawa-bawa samurai. Paling-paling golok, keris, atau bambu runcing. Nah, yang jadi pertanyaan adalah, kalau harakiri itu cara bunuh diri khas Jepang, terus kalau harakanan apa yah..? (pertanyaan yang tidak perlu dijawab)

Oke, kembali ke topik mengenai cara bunuh diri paling populer. Agak aneh sebenarnya kenapa saya menulis mengenai cara bunuh diri. Bukan berarti karena saya mau bunuh diri. tapi mengingat banyak orang bunuh diri, siapa tahu ada orang yang nyari cara bunuh diri di google dan nyasar ke blog saya ini. kan jadi nambahin traffic, hehe. Langsung saja, yah ini dia 7 cara bunuh diri paling popular.


1. Bunuh diri dengan minum racun serangga (dalam hal ini yang paling populer tentu merek Baygon cair)
Entah apa yang membuat baygon ini dipilih oleh para bunuh diri lovers. Padahal di sana jelas-jelas tertulis obat serangga, tapi masih diminum juga. Tapi kita tidak boleh berburuk sangka. Siapa tahu mereka adalah orang orang yang kekurangan air bersih atau karena mereka tidak mampu menebus obat di Rumah Sakit yang mahal untuk penyakitnya yang tidak kunjung sembuh. Atau bisa jadi mereka tidak bisa membedakan tulisan antara Baygon dengan Mizone yang warnanya hampir mirip.Sebab kabarnya, angka buta huruf di Indonesia masih cukup tinggi. Hanya mereka dan Tuhan yang tahu.

2. Lompat dari ketinggian (bisa dari lantai 13, puncak gedung, thower, atau tebing-tebing tinggi)
Lagi-lagi saya kurang tahu, apa alasan mereka memilih tempat yang tinggi. Apakah mereka sudah bosan hidup di bawah garis kemiskinan? Sehingga sesekali ingin merasakan tempat yang tinggi, walau dengan taruhan nyawa sekali pun. Kemungkinan lain, mereka tidak bisa menggapai cita-citanya yang tinggi. Cita-cita yang tinggi harus di barengi dengan pendidikan yang tinggi. Dan pendidikan yang tinggi harus dibarengi dengan duit yang tinggi pula. Mau kemungkinan yang lebih bodoh? Mereka terobsesi menjadi pahlawan super yang bisa terbang, seperti superman atau p-man.

3. Gantung diri (di pohon jengkol atau tiang rumah yang terbuat dari kayu pohon jengkol)
Ada dua kemungkinan di sini. Pertama, Hidupnya memang sudah terlalu sering digantung. Digantung oleh janji-janji penguasa. Digantung oleh ketidakpastian dan harapan-harapan kosong yang tidak pernah menjadi nyata. Harapan untuk keluar dari garis kemiskinan. Harapan untuk mendapat kehidupan yang layak. Harapan untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik. Dan sejuta harapan-harapan lain yang hanya akan tertinggal menjadi harapan-harapan kosong baru untuk anak dan istrinya. Kemungkinan kedua, Mereka sudah tidak punya tempat menggantungkan diri. Satu-satunya tempat menggantungkan diri, yaitu perusahaan tempat dia bekerja, telah mem-PHK-nya. Mereka bingung, akhirnya memutuskan untuk menggantungkan hidup di pohon jengkol saja. Tragis.., ironis..!!! Karena justru di situlah mereka kehilangan hidupnya. ”makanya, menggantungkan hidup itu sama Tuhan saja. Dijamin, ngga bakalan di PHK”.

4. Memotong nadi dengan silet
Mungkin mereka ingin membuktikan bahwa silet itu benar-benar tajam. Bisa juga karena penasaran apakah darah mereka berwarna biru atau merah? Orang bilang darah biru lebih dihormati daripada golongan orang-ortang berdarah merah.

5. Bunuh diri ala koboy
Entah terinspirasi dari film koboy yang mana, yang jelas mereka, koboy-koboy Indonesia juga bisa menembak kepalanya sendiri. Biasanya, koboy-koboy Indonesia ini melakukan bunuh diri setelah main-mainin pistolnya buat nakutin orang.

6. Bakar diri bersama-sama keluarga tercinta
Mungkin saking tidak punya uang untuk membeli ikan bakar . Akhirnya mereka memutuskan untuk bakar diri bersama. Hal ini bertujuan untuk menjaga rasa kebersamaan antar anggota keluarga. Pasca kepergian ayah mereka. Ah.., tidak tahukah mereka kalau minyak tanah sekarang harganya mahal..?

7. Tidur diatas rel kereta api
Jauh sebelum limbad memperagakan magic dilindas dengan buldozer, Metode/cara bunuh diri dengan digilas kereta api sudah lebih dulu populer. Alasannya tentu karena lebih murah… tinggal tidur terlentang.., jadi deh…

source: http://ringdikit.wordpress.com/2010/04/15/7-cara-bunuh-diri-paling-populer/
Continue Reading »