Senin, 13 Desember 2010

Pimpinan Israel Tak akan Memberikan Yerusalem

Yerusalemm - Pemimpin Israel menolak permintaan rekanaan pemerintah yang meminta kota suci Yerusalem agar dibagi dengan Palestina.

Perselisihan di wilayah yang merupakan bagian sensitif bagi agama Yahudi, Muslim dan Kristen, kembali menjauhkan perundingan perdamaian dan berubah menjadi kekacauan. Warga Palestina mengklaim bahwa wilayah tersebut merupakan bagian dari ibukota negara Palestina di kemudian harii.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan tujuannya untuk menahan Yerusalem telah mengundang kritikan dari Palestina dan meningkatkan gesekan terhadaap Amerika.

Menteri pertahanan Netanyahu, Ehud Barak, sebelumnya meminta pemerintahannya agar membagi wilayah Yerusalem dengan Palestina. Tapi pejabat pemerintah mengatakan bahwaa, apa yang disampaikan oleh Barak bukan cerminan dari pemerintah.

Palestina berkeinginan  membangun negara baru di wilayah Tepi Barat dan di timur Yerusalem, tanah Israel berhasil direbut pada tahun 1967 saat perang Timur Tengah. Israel kemudian mencaplok wilayah timur Yerusalem yang tidak diakui oleh komunitas internasional.

Bergejolaknya diplomatik internal Israel muncul ketika Amerika Serika (AS) berusaha untuk menekan Israel untuk mengembalikan morotarium pada bangunan negara yang baru di Tepi Barat sebagai bagian dari perundingan damai.

Sejak Netanyahu berkuasa dua tahun lalu, dia secara terpaksa menerima kenyataan bahwa Palestinaa merupakan negara tetangganya. Dia secara hati-hati menahan diri agar tidak terlibat mengenai isu-isu sensitif, namun, ia mengatakan hal seperti ini harus dinegosiasikan kembali.

Menteri Luar Negeri AS Hillary Hillary Rodham Clinton terang-terangan mengekspresikan frustasinya atas buntunya perundingan Israel-Palestina, walaupun kini dia belum mengajukan cara baru untuk menyelesaikannya. Demikian lansir Associated Press, Senin (13/12/2010).(rhs)
sumber : http://international.okezone.com